This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Adaptasi kebijakan terhadap perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) belum dilaksanakan


Adaptasi kebijakan terhadap perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) belum dilaksanakan

Fenomena kekeringan ( El Niño) dan banjir (La Niña) yang terjadi secara luas sejak tahun 1990-an membuktikan adanya perubahan iklim global. Dibandingkan 150 tahun lalu, suhu rata-rata permukaan bumi kini meningkat 0,6 °C akibat emisi gas rumah kaca (greenhouse gases) seperti CO2, CH4, dan NOx dari negara-negara industri maju.



Sampai tahun 2100 mendatang suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan akan naik lagi sebesar 1,4-5,8 °C. Keseimbangan lingkungan global terganggu, glacier dan lapisan es di kutub mencair, permukaan laut naik, pulau-pulau kecil akan tenggelam, dan iklim global berubah.
Catatan kerusakan lingkungan hidup di Teluk Jakarta di dalam kaledoskop Majalah Kepulauan Seribu edisi Desember 2004 mencatat sebagai berikut:

* 1977-1978: badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Lembaga Oceanografi Nasional (LAN) menemukan konsentrasi mercurie pada ikan-ikan di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu mencapai 0,56-0,66 ppm. Angka ini melampaui safety level, 0,4 ppm, berdasarkan tolok ukur Jepang yang pernah mengalami tragedi Minnimata .
* 1980-1981. Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, dan BATAN menemukan cemaran merkuri pada ikan-ikan di kawasan Teluk Jakarta yang meningkat 30-35% dibanding penelitian sebelumnya. Kelompok Studi Pencemaran Lingkungan (Kelompok X) menemukan adanya anak-anak di sekililing Teluk Jakarta yang kedapatan mengalami penderitaan sebagaimana yang pernah terjadi di Minamata.
* 23 Desember 2003. Sejumlah media massa Ibukota memberitakan bahwa, perairan laut Kepulauan Seribu disimbahi gumpalan minyak.
* 27-28 Februari 2004. Ribuan ikan di Teluk Jakarta mati mengapung. Menurut pakar dari LIPI penyebab kematian itu berasal dari meningkatnya plankton-plankton yang terpicu oleh tingginya konsentrasi amonium.
* 28 Maret 2004. 78 pulau dari 87 pulau yang masuk dalam areal Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terkena cemaran minyak dan bola-bola ter.
* 24 April 2004. 37 pulau di Kepulauan Seribu tersimbah gumpalan minyak dan bola-bola ter.
* 5 Mei 2004. Cemaran minyak telah mencapai Pulau Kelapa, Pulau Pari serta Pulau Panjang,
* 1 Oktober 2004. Pencemaran minyak dan bola ter menjangkau pulau Kotok Kecil, Kotok Besar, Semak Daun, Pulau Panggangm dan Pulau Pramuka. Hampir sepertiga (7,7 hektar) ekosistem mangrove mengalami kerusakan parah. Para pengelola pulau resort juga mengeluh. Menurut mereka, sejak tragedi pencemaran minyak dan bola ter, tingkat hunian pulau-pulau wisata mengalami penurunan hingga 70%.
* 19 November 2004. Gumpalan minyak menjangkau Pulau Pantara Barat dan Timur.
* 20 November 2004. Sebaran cemaran minyak memeasuki Pulau Sepa, Oulau Putri, dan Pulau Bira.
* 29-30 November 2004. Ribuan ikan di Teluk jakarta kedapatan mati mengapung. Hal ini diduga karena konsentrasi amonium meningkat dan memicu peningkatan populasi plankton.


Daftar cemaran ini masih terus berlangsung dan mengakibatkan ekosistem Kepulauan Seribu berada pada kondisi sangat kritis, apalagi bila dikaitkan dengan perubahan iklim dan pemanasan global yang mengancam eksistensi pulau-pulau kecil dan kawasan pesisir karena permukaan air laut akan terus meningkat seiring meningkatnya iklim.

Dalam sebuah penelitian Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) dan IPB bahwa di dalam lima tahun (2008) ke depan sebanyak 2.000 pulau akan ’lenyap’ dari peta bumi Indonesia, diakibatkan naiknya permukaan air laut. Dan lebih memprihatinkan bahwa diprediksi pada tahun 2050 sekitar 25 persen wilayah Jakarta Utara akan tenggelam. Kawasan 160 kilometer persegi seperti kawasan Ancol, Pantai Indah Kapuk, Koja dan Tanjung Priok akan hilang permanen. Menurut penuturan Prof. Dietriech G Bengen, ”Oleh karena itu Indonesia harus mengerahkan segenap kemampuan untuk mencegah bencana lingkungan tersebut.”

Krisis moneter, krisis energi, dan mungkin saja kedepan terjadi 'krisis ikan laut' di dunia. Konon pemerintah Amerika Serikat sudah mulai melakukan antisipasi bila terjadi krisis ikan laut, dengan melakukan budidaya 'ikan Nila' menu pengganti ikan laut untuk kosumsi masyarakatnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.