This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Pengertian Pemanasan Global

Pengertian Pemanasan global / Global warming

Pemanasan global / Global warming adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi.Temperatur rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.


Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penyebab pemanasan global

1. Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.


2.Efek umpan balik

Efek-efek dari agen penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat .

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.


3.Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Dampak pemanasan global


1. Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

2. Tinggi muka laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.


3.Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.


4. Hewan dan tumbuhan

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5. Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

Solusi Pengendalian pemanasan global


Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia selalu meningkat. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan. Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.

1.Menghilangkan karbon


Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca. Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam, ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.


Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbondioksida sama sekali.

2.Persetujuan internasional

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.


Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.


Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbondioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbondioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.


Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien. Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbondioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbondioksida.Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.

Tanggapan saya terhadap global warming

Global warming adalah suatu sejarah terburuk yg dialami oleh bumi sejak terbentuknya hingga sekarang. Saya tercengang sekali melihat akibatnya yang ditampilkan dalam film. Saya tidak menyangka akan seburuk itu. Yang berdampak terhadap seluruh kehidupan di muka bumi ini. Baik itu manusia, hewan hingga pada tumbuhan sekalipun.

Celakanya, Negara kita tercinta menduduki urutan ketiga penyumbang emisi gas CO2 terbesar setelah As dan Cina. Benar - benar telah mencoreng muka Indonesia di mata dunia Internasional. Bukan dari industri, melainkan dari pembakaran hutan yang saat ini sedang marak terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 hingga sekarang.

Semua sudah terlanjur terjadi, mau apa lagi??? Menurut saya saat ini, yang bisa kita lakukan adalah mencari solusi agar pemanasan global dapat diperlambat, karena seperti yang saya dengar bahwa pemanasan global akan tetap terjadi.

Kalau untuk saya sendiri peran yang dapat kita berikan sebagai pengurang emisi gas CO2 di alam, yang dapat saya lakukan, dan menurut saya adalah solusi terbaik adalah memperbaiki pola kehidupan kita. Dengan cara yang mudah dan tentu saja real dan tidak terlalu muluk-muluk.


Misalnya,

1. Berhemat energi. Seperti dalam penggunaan bahan bakar minyak, listrik (jangan pakai alat-alat elektronika kalau tidak jelas kebutuhannya).

2. Menggunakan kendaraan bermotor seperlunya saja. Kalau hanya dekat, tidak perlu menggunakan motor atau mobil.

3. Mengurangi pembakaran. Misal, pembakaran sampah, hindari pembakaran hutan.

4. Penghijauan hutan

5. Hindari penggunaan barang secara mubazir

6. Untuk ekosistem laut, hindari perusakan karang dan pencarian ikan dengan merusak ( penggunaan bom atau semacamnya).

7. Dan sebagai mahasiswa teknik Nuklir, saya sangat setuju sekali pembangunan PLTN, karena melihat kepentingan mengatasi Global warming

Menurut saya, hal itulah yang akan saya lakukan sebagai bentuk peran serta saya sebagai warga bumi.
readmore...

0 komentar

Adaptasi kebijakan terhadap perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) belum dilaksanakan


Adaptasi kebijakan terhadap perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) belum dilaksanakan

Fenomena kekeringan ( El Niño) dan banjir (La Niña) yang terjadi secara luas sejak tahun 1990-an membuktikan adanya perubahan iklim global. Dibandingkan 150 tahun lalu, suhu rata-rata permukaan bumi kini meningkat 0,6 °C akibat emisi gas rumah kaca (greenhouse gases) seperti CO2, CH4, dan NOx dari negara-negara industri maju.



Sampai tahun 2100 mendatang suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan akan naik lagi sebesar 1,4-5,8 °C. Keseimbangan lingkungan global terganggu, glacier dan lapisan es di kutub mencair, permukaan laut naik, pulau-pulau kecil akan tenggelam, dan iklim global berubah.
Catatan kerusakan lingkungan hidup di Teluk Jakarta di dalam kaledoskop Majalah Kepulauan Seribu edisi Desember 2004 mencatat sebagai berikut:

* 1977-1978: badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Lembaga Oceanografi Nasional (LAN) menemukan konsentrasi mercurie pada ikan-ikan di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu mencapai 0,56-0,66 ppm. Angka ini melampaui safety level, 0,4 ppm, berdasarkan tolok ukur Jepang yang pernah mengalami tragedi Minnimata .
* 1980-1981. Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, dan BATAN menemukan cemaran merkuri pada ikan-ikan di kawasan Teluk Jakarta yang meningkat 30-35% dibanding penelitian sebelumnya. Kelompok Studi Pencemaran Lingkungan (Kelompok X) menemukan adanya anak-anak di sekililing Teluk Jakarta yang kedapatan mengalami penderitaan sebagaimana yang pernah terjadi di Minamata.
* 23 Desember 2003. Sejumlah media massa Ibukota memberitakan bahwa, perairan laut Kepulauan Seribu disimbahi gumpalan minyak.
* 27-28 Februari 2004. Ribuan ikan di Teluk Jakarta mati mengapung. Menurut pakar dari LIPI penyebab kematian itu berasal dari meningkatnya plankton-plankton yang terpicu oleh tingginya konsentrasi amonium.
* 28 Maret 2004. 78 pulau dari 87 pulau yang masuk dalam areal Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terkena cemaran minyak dan bola-bola ter.
* 24 April 2004. 37 pulau di Kepulauan Seribu tersimbah gumpalan minyak dan bola-bola ter.
* 5 Mei 2004. Cemaran minyak telah mencapai Pulau Kelapa, Pulau Pari serta Pulau Panjang,
* 1 Oktober 2004. Pencemaran minyak dan bola ter menjangkau pulau Kotok Kecil, Kotok Besar, Semak Daun, Pulau Panggangm dan Pulau Pramuka. Hampir sepertiga (7,7 hektar) ekosistem mangrove mengalami kerusakan parah. Para pengelola pulau resort juga mengeluh. Menurut mereka, sejak tragedi pencemaran minyak dan bola ter, tingkat hunian pulau-pulau wisata mengalami penurunan hingga 70%.
* 19 November 2004. Gumpalan minyak menjangkau Pulau Pantara Barat dan Timur.
* 20 November 2004. Sebaran cemaran minyak memeasuki Pulau Sepa, Oulau Putri, dan Pulau Bira.
* 29-30 November 2004. Ribuan ikan di Teluk jakarta kedapatan mati mengapung. Hal ini diduga karena konsentrasi amonium meningkat dan memicu peningkatan populasi plankton.


Daftar cemaran ini masih terus berlangsung dan mengakibatkan ekosistem Kepulauan Seribu berada pada kondisi sangat kritis, apalagi bila dikaitkan dengan perubahan iklim dan pemanasan global yang mengancam eksistensi pulau-pulau kecil dan kawasan pesisir karena permukaan air laut akan terus meningkat seiring meningkatnya iklim.

Dalam sebuah penelitian Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) dan IPB bahwa di dalam lima tahun (2008) ke depan sebanyak 2.000 pulau akan ’lenyap’ dari peta bumi Indonesia, diakibatkan naiknya permukaan air laut. Dan lebih memprihatinkan bahwa diprediksi pada tahun 2050 sekitar 25 persen wilayah Jakarta Utara akan tenggelam. Kawasan 160 kilometer persegi seperti kawasan Ancol, Pantai Indah Kapuk, Koja dan Tanjung Priok akan hilang permanen. Menurut penuturan Prof. Dietriech G Bengen, ”Oleh karena itu Indonesia harus mengerahkan segenap kemampuan untuk mencegah bencana lingkungan tersebut.”

Krisis moneter, krisis energi, dan mungkin saja kedepan terjadi 'krisis ikan laut' di dunia. Konon pemerintah Amerika Serikat sudah mulai melakukan antisipasi bila terjadi krisis ikan laut, dengan melakukan budidaya 'ikan Nila' menu pengganti ikan laut untuk kosumsi masyarakatnya.
readmore...

0 komentar

Pemanasan Global, Perubahan Iklim dan mitigasi Bencana

Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi (mega Biodeversity) sehingga berpotensi yang sangat besar dibidang pangan,kosmetika, obat-obatan dan sebagai absorben gas rumah kaca. Terletak diantara dua benua; Asia dan Australia dan dua samudra : Pasific dan Hindia, sehingga merupakan empat “mesin penggerak” iklim dunia, serta jalur masuk keluarnya arus dari Pasific,sehingga berpotensi sebagai lumbung protein hewani dunia yang berasal dari laut.

Selain memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, indonesia juga terletak pada wilayah cincin api “ ring of fire” sehingga sangat potensial terjadinya bencana alam terutama gempa bumi dan tsunami.

Tidak seperti propinsi lain di Indonesia yang memiliki luas daratan yang cukup besar, Propinsi Maluku terdiri dari pulau-pulau kecil dengan luas lautan sebesar 93 % . Memiliki ekosistem laut yang khas,yaitu laut dalam dan dangkal, karang, mangrove,lamun,adanya “up welling”, dan memiliki potensi perikanan yang melimpah serta potensi bahan tambang,baik di laut maupun di daratan, yang belum banyak dieksploitasi.

Meskipun memiliki sumberdaya alam yang melimpah, masyarakat Maluku umumnya tergolong miskin,”miskin” energy serta memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah pula.
Fenomena pemanasan global , perubahan iklim serta exploitasi yang berlebih oleh penduduk yang miskin dan kurang berpendidikan diperkirakan akan mengancam kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam yang tersedia.

Mengingat dampak pemanasan global dan perubahan iklim tak dapat dicegah dan sifatnya “massif”, maka diperlukan pendanaan terutama terhadap pulau-pulau kecil untuk biaya adaptasi dan mitigasi, serta intervensi teknologi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkannya.

Issue yang Relevan:

1. Dampak pemanasan global dan perubahan iklim terhadap pulau-pulau kecil yang meliputi: ekosistem laut dan darat; ketahanan pangan; kesehatan; pertahanan; sosial-ekonomi)
2. Managemen sumberdaya hayati berkelanjutan dalam era pemanasan global dan perubahan iklim di pulau-pulau kecil.
3. Managemen bahan tambang yang ramah lingkungan termasuk penanganan reklamasi paska penambangan di pulau-pulau kecil.
4. Peran laut : Emitter atau absorben Gas carbon dioksida ?
5. Ecotecnology :
* Teknology pengendalian gas rumah kaca
* Teknology adaptasi dan mitigasi terhadap dampak pemanasan global dan perubahan iklim.
* Pemantapan teknologi aplikasi early warning system dalam rangka antisipasi munculnya bencana alam.

6. Pendanaan Internasional terhadap dampak pemanasan global dan perubahan iklim di pulau-pulau kecil.
7. Ekoturisme berbasis hutan, laut, matahari dan budaya masyarakat pesisir.
8. Managemen kebencanaan di pulau-pulau kecil.

Sasaran:

1. Mengidentifikasi semua potensi sumberdaya yang ada di pulau-pulau kecil yang sangat rentan terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.
2. Mengidentifikasi semua potensi sumberdaya yang ada di pulau-pulau kecil serta lautan yang berperan penting mengendalikan gas rumah kaca.
3. Menyusun suatu rencana aksi pengelolaan sumberdaya hayati yang berkelanjutan di pulau-pulau kecil.
4. Menyusun cetak biru “pengelolaan” tambang yang ramah lingkungan di pulau-pulau kecil.
5. Menyusun cetak biru managemen bencana di pulau-pulau kecil.
6. Meningkatkan posisi tawar “pulau-pulau kecil”, dalam pendanaan internasional untuk biaya adaptasi, mitigasi dan teknologi dari dampak pemanasan global dan perubahan iklim.
7. Terbentuknya jejaring internasional dalam penelitian mengenai pulau-pulau kecil dan perubahan iklim terutama dengan UNPATTI.
8. Menyusun cetak biru Ecoturisme berbasis hutan, laut, matahari dan budaya masyarakat pesisir. readmore...

0 komentar

Gerakan “Stop Pemanasan Global” yang Bikin Gerah

Si tenar masa kini itu bernama “pemanasan global.” Betapa dia menjadi pembicaraan banyak orang. Awalnya, pemanasan global hanya sebuah keprihatinan para pemerhati lingkungan yang juga berlatar belakang ahli lingkungan. Lalu keluarlah Protokol Kyoto pada 1997 yang akan berakhir pada 2012. Nggak lama setelah itu, Al Gore, sang mantan wakil presiden Amerika, mencoba jujur tentang kenyataan yang menyakitkan tentang kondisi bumi lewat film berjudul “An Inconvenient Truth.” Mantan wakil presiden yang negaranya sendiri ogah-ogahan menjalani Protokol Kyoto pada masa pemerintahannya tersebut mendapat ganjaran manis berupa penghargaan Nobel. Gila!


Tapi patut diakui bahwa filmnya itu membuka mata banyak sekali manusia tentang akibat gaya hidupnya selama ini terhadap kerusakan lingkungan. Jutaan orang terbuka matanya, ribuan orang menjadi pandai berbicara tentang pemanasan global dan hanya ratusan orang yang “bertobat” dengan memperbaiki gaya hidupnya. Sebagian lainnya menggalang kekuatan (ceileh…) membentuk organisasi cinta lingkungan. Atau sekadar mendeklarasikan gerakan ramah lingkungan yang ditandatangani ketua ormas. Beragam judulnya tapi intinya satu: hentikan pemanasan global, entah bagaimana caranya. Inilah akar masalahnya.

Euforia pemanasan global membuat banyak orang tergila-gila berbicara tentang kelestarian lingkungan tanpa pondasi pengetahuan yang baik. Akhirnya hal ini justru menjadi topik kebal pikiran. Maksud saya, karena terlalu sering dibahas dengan bahasa yang begitu-begitu saja tanpa penjelasan mendalam, topik itu pun menjadi biasa saja. Nggak ada yang istimewa.

Hal ini diperparah oleh kampanye anti pemanasan global oleh banyak artis. Yap! Para artis pun masuk ke barisan pecinta lingkungan. Nggak ada yang salah dengan hal ini. Masalahnya baru timbul saat mereka berkampanye. Kekurang pengetahuan mereka membuat ucapan mereka terlalu ringan. Nggak ada yang baru dan berbobot. Bentuk kampanye pun kerap menjadi masalah. Misalnya dengan menggelar konser yang didukung listrik berkekuatan ribuan watt. Litrik itu tercipta dari mesin pembangkit bertenaga solar yang mengembuskan CO besar-besaran ke langit.

Tampaknya kita perlu menyederhanakan pikiran agar nggak kusut dan akhirnya justru membuat kita terjebak pada kebuntuan pikiran tanpa tindakan. Kelompok anti pemanasan global harus membagi pikirannya ke dalam hal yang lebih sederhana tapi kongkret. Judul “Anti Pemanasan Global” memang baik, tapi nggak menjelaskan pemecahan kongkret. Salut bagi banyak orang yang mencoba ramah lingkungan tanpa menggembar-gemborkan slogan “anti pemanasan global” tapi langkahnya menuju kelestarian lingkungan.

Misalnya komunitas Bike to Work (B2W). Apa pun motivasi awal setiap anggotanya, mereka telah melakukan tindakan ramah lingkungan: berkendara niremisi. Kebiasaan bersepeda ini adalah jawaban nyata terhadap masalah pencemaran udara. Tindakan terpuji lainnya diambil oleh sebagian arsitek Indonesia yang mengurangi penggunaan kayu pada bangunan yang mereka rancang. Alasannya sederhana yaitu mengurangi konsumsi kayu tentunya akan mengurangi produksi kayu yang ditebang di hutan. Salah satu kiatnya adalah menipiskan ketebalan kayu pada kusen pintu dan jendela. Selain itu, mereka juga memanfaatkan kusen bekas yang kayunya masih bermutu. Ada pula sekelompok sukarelawan yang rutin membersihkan hutan mangrove di utara Jakarta dari sampah. Mungkin motivasinya hanya sekadar membuat hutan itu bersih. Namun kebersihan lingkungan hutan mangrove membantu pepohonan mangrove dapat bernafas melalui sistem perakarannya.

Kita pun dapat melakukan aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bila nggak kuat mengayuh sepeda dari rumah ke kantor, kita bisa menggunakan kendaraan umum. Membawa sendiri tas plastik untuk berbelanja di swalayan pun dapat mengurangi sampah plastik. Hemat penggunaan listrik dan segera mematikan kompor saat masakan telah matang pun sangat membantu menghemat energi fosil. Ingat bahwa sebagian besar energi listrik kita dibangkitkan dari bahan bakar fosil. PLTA bukan lagi tulang punggung karena fluktuasi debit air waduk sangat tinggi. Waduk PLTA seringkali defisit air saat kemarau.

Tindakan kecil namun nyata jauh lebih bermakna ketimbang sejuta slogan yang memekakkan telinga. Semoga usaha hemat energi dan daur ulang yang kita lakukan bermanfaat demi memperlambat datangnya kiamat karena keteledoran manusia.

readmore...

0 komentar

Uuh.. Sesak napas !


Uuh.. Sesak napas !

Mungkin nggak banyak orang yang menganggap bahwa polusi udara adalah sesuatu yang ‘mengancam jiwa’. Nyatanya, menurut data dari organisasi kesehatan dunia / WHO , setiap tahunnya sekitar 3 juta orang meninggal karena polusi udara atau sekitar 5% dari 55 juta orang yang meninggal setiap tahun di dunia .
Dan yang bikin tambah ngeri, 6 dari 15 kota yang paling terpolusi di dunia ada di Asia dan Jakarta berada di posisi nomor 3 setelah Meksiko dan Bangkok ! Wah, serem juga yah..


Sumber Polusi
Ada 2 sumber utama dari masalah pencemaran udara, yaitu sumber bergerak (gas buang kendaraan bermotor) dan tidak bergerak (kegiatan industri, rumah tangga dan rokok) .
Dari sumber tersebut, kendaraan bermotor memberikan ‘konstribusi’ (70%) terbesar dalam merusak kualitas udara.
Mungkin kita yang sering naik mobil tidak merasakan dampaknya secara langsung. Mereka yang berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawahlah, yang merasakan efeknya secara langsung. Contohnya : pejalan kaki, pedagang kaki lima, sampai tukang ojek yang mangkal di pinggir jalan.
Kelompok inilah yang paling rentan terkena dampak penyakit kronis, baik Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), kanker kulit dan penurunan daya ingat. Malah bisa juga mengalami kematian kala kandungan CO2 dalam tubuhnya lebih dari 3% , seram banget !


Ciptakan Udara Sehat !
Ada banyak cara simple yang bisa kita lakukan biar udara yang kita hirup sedikit lebih sehat , yaitu :
• Tanam pohon di halaman rumah kita. Pepohonan dapat membantu menyerap polusi udara, membuat sejuk dan membantu bumi biar lebih sehat.
• Manfaatkan kaki kita, sepeda atau kendaraan umum seperti bis atau angkot untuk pergi ke sekolah.
• Stop smoking ! Merokok berarti memberikan konstribusi besar buat pencemaran udara .



Sumber Polusi Udara

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. [Karbon monoksida]adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan [ozon]dalam [smog fotokimia]adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan [pemanasan global yg mempengaruhi;

Kegiatan manusia

* Transportasi
* Industri
* Pembangkit listrik
* Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan bakar
* Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

Sumber alami

* Gunung berapi
* Rawa-rawa
* Kebakaran hutan
* [Nitrifikasi] dan [denitrifikasi] biologi .


Sumber-sumber lain

* Transportasi[amonia]
* Kebocoran tangki][klor]
* Timbulan gas [metana]dari [lahan uruk]/[tempat pembuangan akhir] [sampah]
* Uap pelarut organik

Dampak kesehatan

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
readmore...

0 komentar

Es di Laut Kutub Utara Diperkirakan akan Lenyap di Musim Panas 2012

Mencair: Es di Laut Kutub Utara Diperkirakan akan Lenyap di Musim Panas 2012

Es di Laut Arktik menangkal lebih dari 80% radiasi matahari untuk mendinginkan air laut, tetapi sekarang ia mencair dengan kecepatan yang membahayakan.
Dr. Mark Serreze, ilmuwan periset senior di Pusat Data Salju dan Es Nasional Amerika Serikat, dan Dr. Olav Orheim pimpinan Sekretariat Norwegia untuk Tahun Kutub Internasional menyatakan ada kemungkinan bahwa es di Laut Kutub Utara akan mencair di akhir musim panas 2012.



ES DI LAUT ARKTIK

Dua puluh tahun yang lalu (1988)

Tebal, es yang lebih tua tebalnya sekitar 3 meter, lebih dari 50% es berusia lebih dari 5 tahun

(2008):Tipis, es yang baru tebalnya hanya 1 meter, 70% dari es baru terbentuk pada musim gugur dan musim semi 2007

Dr. Mark Serreze: Sekarang kita memanaskan sistem, dan kita sekarang dapat kehilangan es laut yang memantulkan panas.

Kecepatan pencairan saat ini sudah terlalu cepat untuk pulih kembali http://www.suprememastertv.com.
Es Mencair => tidak ada pemantulan
akhirnya => mempercepat
pemanasan di samudra

Es di Arktik hampir hilang setengahnya

Penelitian baru dengan data dari satelit Es, Awan, dan Daratan dari Badan Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional AS (NASA) memberi informasi tambahan tentang hilangnya jumlah es Arktik. Penemuan meliputi bukti penipisan es yang terjadi hampir 18 centimeter setiap tahunnya antara tahun 2004 dan 2008, yang berarti 42% kehilangan dari jumlah es yang lebih tua selama empat musim dingin.

Es yang lebih tua adalah es yang telah bertahan setidaknya selama satu musim panas dan sangat penting karena lebih tebal dan lebih keras. Tanpa lapisan es maka air yang berwarna gelap dari Lautan Arktik akan menyerap panas matahari dan bukannya memantulkanya sehingga mempercepat pemanasan global.

Es Arktik juga memainkan peranan yang penting dalam menyetabilkan iklim global dan pola cuaca karena perbedaan temperatur antara kutub yang dingin dengan udara yang hangat di sekitar Khatulistiwa yang menggerakkan arus udara dan air. Para ilmuwan Badan Penerbangan dan Angkasa Luar Nasional AS, kami menghargai dapat mengetahui perubahan tentang masa depan kita.

Di sini pertama-tama kita melihat Arktik yang mencair. Arktik atau Kutub Utara mungkin akan kehilangan seluruh esnya pada tahun 2012, 70 tahun mendahului perkiraan IPCC.

Tanpa perlindungan es untuk memantulkan cahaya matahari maka 90 persen dari panas matahari dapat masuk ke air terbuka yang mempercepat pemanasan global.

Perubahan dalam lapisan es Arktik sangat dramatis, dimana ahli iklim mengatakan bahwa hanya 10 persen saja yang merupakan es yang lebih tua dan tebal, sedangkan di atas 90 persennya adalah es yang baru terbentuk dan tipis. Untungnya, ada tindakan mudah yang bisa kita ambil. Saya akan buat daftarnya untuk acuan Anda.

Kita harus mendinginkan planet ini terlebih dahulu dan yang paling penting. Cara terbaik untuk menghentikan pemasanan global adalah menghentikan produksi gas rumah kaca yang menghasilkan panas itu.

Kita sudah tahu mengenai cara untuk menurunkan emisi seperti dari industri dan transportasi. Tapi perubahan di sektor ini akan makan waktu terlalu banyak - lebih lama dari waktu yang tersisa. Salah satu cara paling efektif dan tercepat untuk menurunkan panas di atmosfer adalah menghilangkan produksi metana.

Jadi jika kita menghentikan produksi metana maka atmosfer akan lebih cepat menjadi dingin daripada menghentikan karbon dioksida terlebih dahulu. Vegan organik akan memberi efek pendinginan yang bermanfaat karena ia akan menurunkan gas metana dan gas rumah kaca lainnya yang fatal bagi kelangsungan hidup kita.


Selama 15 tahun terakhir, para ilmuwan dari Rusia dan negara lainnya telah meneliti sampai ke daerah yang berbatasan dengan es dan mempelajari Laut Es Kutub Utara di daerah Siberia serta mengamati suhu dan zat kimia yang ada di laut, termasuk konsentrasi metana, gas rumah kaca yang potensial. Kapal mereka berlayar di atas lempeng benua yang berbentuk es di Lautan Kutub Utara yang sedang mencair dengan cepat dan sebagai bagian dari Siberia utara yang sedang mengalami perubahan — bersama dengan daerah Kutub Utara di Amerika Utara dan Peninsula Kutub Selatan barat yang memanas paling cepat dibandingkan tempat lain di Bumi.

Sampai tahun 2003, konsentrasi metana di lautan arktik dan atmosfer di Siberia utara tetap dalam keadaan stabil. Tetapi kemudian konsentrasi metana tersebut mulai meningkat. Musim panas ini, para ilmuwan telah ikut berpartisipasi dalam Studi Lempeng Siberia Internasional selama 6 minggu dan menemukan sejumlah area yang mencakup ribuan kilometer persegi yang mengandung metana dalam jumlah besar — sebuah gas dengan kemampuan mengikat panas 20 kali lipat lebih kuat daripada karbon dioksida - bunga mawar dari dasar laut yang pada mulanya dalam keadaan beku.
“Bongkahan metana ini kadang mengandung konsentrasi 100 kali lipat lebih tinggi daripada yang biasa ditemukan dalam gelembung-gelembung gas yang berbentuk seperti awan yang sedang bergerak naik melewati air,” kata Orjan Gustafsson dari Universitas Stockholm Jurusan Ilmu Pengetahuan Lingkungan Terapan dan ketua dari ekspedisi dalam sebuah wawancara. Tidak ada keraguan, katanya, metana yang berasal dari lapisan permafrost menunjukkan bahwa dasar laut sedang mencair dan melepaskan gas rumah kaca yang potensial ini.
readmore...

0 komentar

Akibat Global Warming di berbagai negara


Global warming tidak hanya mempengaruhi negara tertentu saja , tapi juga di seluruh DUNIA !

Di bawah ini adalah beberapa gambaran dari berbagai kejadian di dunia yang sudah dan sedang terjadi, akibat GLOBAL WARMING.

Amerika Utara :

· Gulf Coast di Amerika mengalami banyak kerusakan dan korban jiwa akibat di terjang banyak bencana badai . Salah satunya adalah Badai Katrina terkenal itu .

· Kebakaran hutan di Kanada telah menghanguskan 7,5 juta are. Itu sama luasnya dengan wilayah negara bagian Maryland !

Amerika Tengah / Selatan :

· Dulu , nyamuk Aedes aegypti nggak sampai ke daerah Pegunungan Andes yang tinggi . Tapi kini, mereka sudah menginvasi daerah tersebut akibat menghangatnya suhu . Hal ini sama juga terjadi di Meksiko.

· Di nikaragua 15 ribu kasus kebakaran dalam setahun, akibat naiknya panas dalam ! Salah satu tempat penting yang terbakar adalah cagar alamBosawas Biosphere Reserve.

· Curah hujan yang sangat besar (5 kali lebih lebatdari biasanya) mengguyur Venezuela di tahun 1999 . Akibatnya terjadi banjir besar yang menewaskan kurang kebih 30 ribu orang.

· Tahun 2005 , ratusan ikan di Perairan Amazon mati karena sungai tersebut kering !

· Badai hurricane yang terjadi di Karibia disebut – sebut sebagai “one of the most active and destructive in history”.

Eropa :

· Negara –negara di Eropa mengalami gelombang panas, sehingga lebih dari 15 ribu orang di Perancis meninggal karena kepanasan . Totalnya, ada sekitar 35 ribu warga Eropa yang tewas akibat panas ini.

· Sementara itu, 11 negara Eropa kebanjiran dan 80 orang tewas akibat udara dingin.

· Spanyol, Italia, dan Yunani kehilangan lebih dari 150 ribu hektar hutan mereka karena terjadinya kebakaran hutan yang berkepanjangan.

Asia :

· Terjadinya badai El Nino ternyata mnningkatkan jumlah kuman penyebab penyakit kolera di Bangladesh.

Dan naiknya permukaan air laut menyebabkan Bangladesh lumpuh total dan 2 buah pulaunya menghilang karena terendam air laut.

· Sementara negara tetangganya kebanjiran, India justru mengalami serangan gelombang panas yang menewaskan 1700 jiwa.

· Negara Korea mengalami hujan deras yang menyebabkan banjir selama 2 bulan.

· Lahan tanah di Iran 90% kini sudah kering kerontang.

· Lebih dari 4000 danau di propinsi Qing Hai, Cina mengalami kekeringan.

· Lebih dari 2 juta hektar hutan Indonesia terbakar karena panas dan mengancam habitat orang hutandi Kalimantan.

· Salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia yaitu, Gunung Jayawijaya di Papua kini telah menghilang !

· Lebih dari 80% pulau-pulau di Maladewa, kini berada kurang dari 1 meter di atas permukaan air laut !

Oceania :

· Koral – koral penghuni Great Barrier Reef mengalami kerusakan drastis akibat arus laut yang nggak seimbang. Bahkan ada koral berumur 800 tahun yang mati ! Hal ini ternyata nggak Cuma terjadi di perairan Australia aja lho. Soalnya 27% jumlah koral di bumi sudah hancur. Di Samudera Hindia , 70% populasi koral musnah sudah.

Afrika :

· Lapisan es di Pegunungan Kenya telah meleleh sebanyak 92% dan ratusan penduduk Kenya meninggal akibat serangan malaria di musim panas tahun 1997. Padahal sebelumnya Kenya bebasnyamuk malaria, lho ! Naiknya temperatur yang menyebabkan nyamuk – nyamuk ini ber-migrasi.

· Lebih dari 25 juta penduduk Afrika meninggal atau kelaparan akibat kekeringan yang berkepanjangan.

Antartika :

· Ketebalan es yang melapisi 9 danau di Signey island berkurang hingga 45% . Suhu air di Antartika pun semakin menghangat.

Hal ini menyebabkan 33% populasi penguin berkurang karena kehabisan makanan.

· Kualitas daging ikan salmon di Alaska nggak lagi segar, gara – gara air hangat tempat mereka hidup kini jadi sarang parasit.

· Di desa Shishmaref, sebuah desa Eskimo di Alaska, terancam punah karena ini sebentar lagi jeblos ke dalam Laut Bering akibat lapisan es yang menjadi dasarnya kian menipis.
readmore...

0 komentar

Dampak dari Pemanasan Global



Fakta #1: Mencairnya es di kutub utara & selatan

Pemanasan Global berdampak langsung pada terus mencairnya es di daerah kutub utara dan kutub selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton! Dan volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun sebelumnya! Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang pernah dibuat sebelumnya memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada tahun 2040 sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang tercatat hingga tahun 2007 membuat mereka berpikir ulang mengenai model prediksi yang telah dibuat sebelumnya.
Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh.
Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan global,” ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, setelah adanya perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi, ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan dan menghubungkan dua pulau. “Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas. Dan, separo total area es bakal hilang dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Scambos.
“Beberapa kejadian akhir-akhir ini merupakan titik yang memicu dalam perubahan sistem,” ujar Sarah Das, peneliti dari Institut Kelautan Wood Hole. Perubahan di Antartika sangat kompleks dan lebih terisolasi dari seluruh bagian dunia.
Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus 49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia itu mendapat perhatian serius peneliti.



Fakta #2: Meningkatnya level permukaan laut

Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut (grafik di samping menunjukkan hasil pengukuran level permukaan air laut selama beberapa tahun terakhir). Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair. Level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter! Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia.
Peningkatan Level Permukaan Laut yang diukur oleh satelit TOPEX/Poseidon dan Jason-1 (Sumber: NASA)


Fakta #3: Perubahan Iklim/cuaca yang semakin ekstrim

NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat. Tanpa diperkuat oleh pernyataan NASA di atas pun Anda sudah dapat melihat efeknya pada lingkungan di sekitar kita. Anda tentu menyadari betapa panasnya suhu di sekitar Anda belakangan ini. Anda juga dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan. Anda juga dapat mencermati kasus-kasus badai ekstrim yang belum pernah melanda wilayah-wilayah terntentu di Indonesia. Tahun-tahun belakangan ini kita makin sering dilanda badai-badai yang mengganggu jalannya pelayaran dan pengangkutan baik via laut maupun udara.

Bila fenomena dalam negeri masih belum cukup bagi Anda, Anda dapat juga mencermati berita-berita internasional mengenai bencana alam. Badai topan di Jepang dan Amerika Serikat terus memecahkan rekor kecepatan angin, skala, dan kekuatan badai dari tahun ke tahun, curah hujan dan badai salju di China juga terus memecahkan rekor baru dari tahun ke tahun. Anda dapat mencermati informasi-informasi ini melalui media massa maupun internet. Tidak ada satu benua pun di dunia ini yang luput dari perubahan iklim yang ekstrim ini.

Fakta #4: Gelombang Panas menjadi Semakin Ganas

Pemanasan Global mengakibatkan gelombang panas menjadi semakin sering terjadi dan semakin kuat. Tahun 2007 adalah tahun pemecahan rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh gelombang panas yang biasa melanda Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah memegang rekor tertinggi dengan suhu tertinggi mencapai 48o Celcius! (Sebagai perbandingan, Anda dapat membayangkan suhu kota Surabaya yang terkenal panas ‘hanya’ berkisar di antara 30o-37o Celcius). Suhu di St. George disusul oleh Las Vegas dan Nevada yang mencapai 47o Celcius, serta beberapa kota lain di Amerika Serikat yang rata-rata suhunya di atas 40o Celcius. Daerah Death Valley di California malah sempat mencatat suhu 53o Celcius! Serangan gelombang panas kali ini bahkan memaksa pemerintah di beberapa negara bagian untuk mendeklarasikan status darurat siaga I. Serangan tahun itu memakan beberapa korban meninggal (karena kepanasan), mematikan ratusan ikan air tawar, merusak hasil pertanian, memicu kebakaran hutan yang hebat, serta membunuh hewan-hewan ternak.

Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan juga pernah mendapat serangan gelombang panas hebat yang mengakibatkan tidak kurang dari 35.000 orang meninggal dunia dengan korban terbanyak dari Perancis (14.802 jiwa). Perancis merupakan negara dengan korban jiwa terbanyak karena tidak siapnya penduduk dan pemerintah setempat atas fenomena gelombang panas sebesar itu. Korban jiwa lainnya tersebar mulai dari Inggris, Italia, Portugal, Spanyol, dan negara- negara Eropa lainnya. Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata di daerah Eropa.

Mungkin kita tidak mengalami gelombang-gelombang panas maha dahsyat seperti yang dialami oleh Eropa dan Amerika Serikat, tetapi melalui pengamatan dan dari apa yang Anda rasakan sehari-harinya. Anda dapat juga merasakan betapa panasnya suhu di sekitar Anda. Cobalah perhatikan seberapa sering Anda mendengar ataupun mungkin mengucapkan sendiri kata-kata seperti: “Panas banget ya hari ini!” Apabila Anda kebetulan bekerja di dalam ruangan ber-AC dari pagi hingga siang hari sehingga Anda tidak sempat merasakan panasnya suhu belakangan ini, Anda dapat menanyakannya kepada teman-teman ataupun orang disekitar Anda yang kebetulan bekerja di luar ruang. Orang-orang yang sehari-harinya bekerja dengan menggunakan kendaraan terbuka di siang hari bolong (misalnya sales dengan sepeda motor) mungkin dapat menceritakan dengan lebih jelas betapa panasnya sinar matahari yang menyengat punggung mereka.

Fakta #5: Habisnya Gletser- Sumber Air Bersih Dunia

Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia.
Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan!
NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 meter kubik! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat manusialah yang bertanggung jawab untuk hal ini.








readmore...

0 komentar

10 Gejala Pemanasan Global

* Lapisan Es yang Kian Menipis

Ada yang bilang pemanasan global itu hanya khayalan parapecinta lingkungan. Ada yang bilang itu sudah takdir. Ilmuwan juga masih pro dan kontra soal itu. Yang pasti, fenomena alam itu bisa dirasakan dalam 10 kejadian berikut ini. Dan yang pasti ini bukan imajinasi belaka, sebab kita sudah mengalaminya.


* Kebakaran hutan besar-besaran

Bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut terbakar ludes. Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.

* Situs purbakala cepat rusak

Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. banjir, suhu yang ekstrim dan pasang laut menyebabkan itu semua. Situs bersejarah berusia 600 tahun di Thailand, Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar belum lama ini.

* Ketinggian gunung berkurang

Tanpa disadari banyak orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan ketinggian. Ini diakibatkan melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan tahun, bobot lapisan es telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es meleleh, bobot ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat kembali.

* Satelit bergerak lebih cepat

Emisi karbon dioksida membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang angkasa. Udara di bagian terluat atmosfer sangat tipis, tapi dengan jumah karbondioksida yang bertambah, maka molekul di atmosfer bagian atas menyatu lebih lambat dan cenderung memancarkan energi, dan mendinginkan udara sekitarnya. Makin banyak karbondioksida di atas sana, maka atmosfer menciptakan lebih banyak dorongan, dan satelit bergerak lebih cepat.

* Hanya yang Terkuat yang Bertahan

Akibat musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat tahun ini, maka migrasi sejumlah hewan lebih cepat terjadi. Mereka yang bergerak lambat akan kehilangan makanan, sementar mereka yang lebih tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa berlaku bagi semua mahluk hidup termasuk manusia.

* Pelelehan Besar-besaran

Bukan hanya temperatur planet yang memicu pelelehan gununges, tapi juga semua lapisan tanah yang selama ini membeku. Pelelehan ini memicu dasar tanah mengkerut tak menentu sehingga menimbulkan lubang-lubang dan merusak struktur seperti jalur kereta api, jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan keruntuhan batuan.

* Keganjilan di Daerah Kutub

Hilangnya 125 danau di Kutub Utara beberapa dekade silam memunculkan ide bahwa pemanasan global terjadi lebih “heboh” di daerah kutub.Riset di sekitar sumber airyang hilang tersebut memperlihatkan kemungkinan mencairnya bagian beku dasar bumi.

* Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara

Saat pelelehan Kutub Utara memicu problem pada tanaman danhewan di dataran yang lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saatmatahari terbenam pada biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu terperangkap dalam es kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba.

* Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih Tinggi

Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebihtinggi demi menemukan tupai, berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.

* Peningkatan Kasus Alergi

Sering mengalami serangan bersin-bersin dan gatal di matasaat musim semi, maka salahkanlah pemanasan global. Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di kalangan orang Amerika alami peningkatan. Pola hidupdan polusi dianggap pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi tersebut juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih banyak serbuk sari.
readmore...

0 komentar

About Global Warming




Apa itu Pemanasan Global
"Panas banget ya hari ini!” Seringkah Anda mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang di sekitar Anda ataupun dari diri Anda sendiri? Anda tidak salah, data-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun.


Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan global itu? Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat?

Penyebab Pemanasan Global

Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.

Apa itu Gas Rumah Kaca?

Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

Apa Penyebab Utama Pemanasan Global ?

Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2), 65 % nitro oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2), serta 64% amonia penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak. Peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan Hutan Amazon.

Sedangkan laporan yang baru saja dirilis World Watch Institut menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya 51 persen dari pemanasan global.

Penulisnya, Dr. Robert Goodland, mantan penasihat utama bidang lingkungan untuk Bank Dunia, dan staf riset Bank Dunia Jeff Anhang, membuatnya berdasarkan “Bayangan Panjang Peternakan”, laporan yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Mereka menghitung bidang yang sebelumnya dan memperbarui hal lainnya, termasuk siklus hidup emisi produksi ikan yang diternakkan, CO2 dari pernapasan hewan, dan koreksi perhitungan sebenarnya yang menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah hewan ternak yang dilaporkan di planet ini.

Emisi metana dari hewan ternak juga berperan sebesar 72 kali lebih dalam menyerap panas di atmosfer daripada CO2. Hal ini mewakili kenaikan yang lebih akurat dari perhitungan asli FAO dengan potensi pemanasan sebesar 23 kali. Meskipun demikian, para peneliti itu memberitahu bahwa perkiraan mereka adalah minimal, dan karena itu total emisi 51 persen masih konservatif.
readmore...

0 komentar
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.